YONATAN: Figur Sahabat Sejati (2)

Baca: 1 Samuel 20:1-17

"Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri." 1 Samuel 20:17

Ketika tahu bahwa Daud sedang dalam kesulitan besar dan terancam jiwanya, Yonatan datang memberi kekuatan dan dorongan semangat kepada sahabatnya itu. Ia menemui Daud dan berkata, "Ayahku Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana. Aku akan keluar dan berdiri di sisi ayahku di padang tempatmu itu. Maka aku akan berbicara dengan ayahku perihalmu; aku akan melihat bagaimana keadaannya, lalu memberitahukannya kepadamu." (1 Samuel 19:2-3).

Seorang sahabat akan selalu ada saat temannya sedang melewati masa-masa yang suram. Amsal 17:17 berkata, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." Kehadiran Yonatan sangat berarti bagi Daud. Saat ia terpuruk dan ditinggalkan orang-orang terdekatnya, Yonatan tetap setia dan tidak berubah sikap. Katanya kepada Daud, "Apapun kehendak hatimu, aku akan melakukannya bagimu." (1 Samuel 20:4). Di zaman sekarang ini susah menemukan seorang sahabat seperti Yonatan. Kebanyakan orang membangun sebuah pertemanan didasarkan atas kepentingan untung rugi.

Kita tahu Yonatan adalah putra raja Saul, berarti calon tunggal pengganti ayahnya. Coba bayangkan bagaimana perasaan Yonatan manakala ia mendengar pernyataan nabi Samuel bahwa Tuhan telah menolak Saul sebagai raja atas Israel. Bukankah yang seharusnya melanjutkan kepemimpinan sebagai raja menggantikan Saul adalah Yonatan, ia sendiri? Namun Tuhan telah memilih orang yang berkenan di hatiNya dan berhak mengemban tugas sebagai raja, yaitu Daud, sahabatnya. Secara manusia Yonatan pasti terluka dan pahit hatinya. Tetapi Yonatan tidak demikian, ia rela mengalah dan bersukacita menerima Daud sebagai raja menggantikan ayahnya. Ia sadar Tuhan sendiri yang mengangkat Daud sebagai raja Israel. Ini menunjukkan Yonatan tidak egois atau mementingkan diri sendiri, dan membuktikan dia sahabat sejati bagi Daud.

Sudahkah kita menjadi sahabat sejati bagi orang-orang di sekitar kita? Dan jangan lagi menjadi orang yang egois!

YONATAN: Figur Sahabat Sejati

Baca: 2 Samuel 1:17-27

"Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan." 2 Samuel 1:26

Bagaimana rasanya jika kita tidak memiliki sahabat selam hidup di dunia ini? Pasti akan terasa hampa dan kesepian, tidak ada teman yang memperhatikan dan peduli dengan keberadaan kita. Bahkan ada kata bijak yang mengatakan bahwa orang yang paling malang di dunia adalah orang yang tidak memiliki sahabat.

Daud sangat berbahagia karena ia memiliki seorang sahabat sejati bernama Yonatan. Setelah Yonatan gugur dalam pertempuran, Daud benar-benar sangat kehilangan dia. Inilah ungkapan isi hati Daud terhadap Yonatan, "Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib daripada cinta perempuan." Alkitab juga mencatat betapa karibnya persahabatan keduanya: "Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri." (1 Samuel 18:3).

Yonatan adalah contoh sahabat sejati. Darinya kita dapat belajar tentang kualitas seorang sahabat. Yonatan mengambil langkah yang sangat berani dengan menjadikan Daud sebagai sahabatnya, padahal ayahnya (Saul), sangat membenci Daud. Karena kekaribannya dengan Daud, Yonatan juga harus mengalami perlakuan yang tidak baik dari ayahnya. Pada suatu hari raja Saul mengungkapkan amarahnya kepada Yonatan, "Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah memilih pihak anak Isai dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu? Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi, engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati." (1 Samuel 20:30-31). Bahkan Saul juga melemparkan tombaknya kepada Yonatan untuk membunuhnya. Ketika tahu bahwa ayahnya berencana untuk membunuh Daud, Yonatan pun segera pergi ke tempat persembunyian Daud dan memberitahukan rencana jahat ayahnya itu. Yonatan memang tidak berbuat apa-apa untuk mengurangi kebencian ayahnya terhadap Daud, tetapi ia dapat berbuat sesuatu untuk menyatakan kesetiaannya sebagai seorang sahabat Daud. Inilah arti sahabat, tetap setia dan mengasihi di segala keadaan. (Bersambung)

JANGAN MENJAMAH YANG NAJIS

Baca: Yesaya 52:1-12

"Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! Keluarlah dari tengah-tengahnya, sucikanlah dirimu,..." Yesaya 52:11

Walaupun kita telah ditebus oleh darah Kristus, sulitlah bagi kita menyucikan diri bila kita sendiri tak mau melangkah ke luar meninggalkan 'dunia'. Dengan keras Tuhan memerintahkan kita tak lagi bermain-main dengan dosa: "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).

Sebagai umat yang telah diselamatkan kita harus menjauhkan diri dari hal-hal yang najis dan mau memisahkan diri dari 'dunia' ini. Banyak orang kurang paham akan istilah dunia dalam kekristenan. Apa sih 'dunia' itu? Dunia yang dimaksud bukanlah bumi tempat di mana kita berpijak atau suatu negara. 'Dunia' berbicara tentang pola hidup atau segala sesuatu yang mencondongkan hati kita semakin menjauh dari Tuhan; perkara yang membuat kita tidak lagi bergairah berdoa atau membaca firman Tuhan, itulah 'dunia'. Kesimpulannya ialah segala sesuatu yang membuat kasih kita kepada Tuhan menjadi dingin, itulah 'dunia'. Ini bukan hanya berbicara tentang dosa, tapi semua perkara yang membuat kehidupan rohani seseorang padam adalah 'dunia'. Tuhan tidak begitu saja memerintahkan umatNya ke luar memisahkan diri dari 'dunia', namun Dia memberikan jaminan apabila kita mau memisahkan diri dari kehidupan dunia: "...Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan..." (2 Korintus 6:18). Hidup kita tak akan terlantar karena Dia menjadi Bapa kita. Sebagai anak kita akan menjadi obyek perhatianNya, kasihNya, kebaikanNya.

Banyak orang Kristen nampaknya sudah berada di luar 'Mesir', padahal sebenarnya masih berada di dalamnya. Mereka tidak menghiraukan seruan Tuhan, "Jangan menjamah yang najis". Menjamah yang 'najis' bukan terbatas pada dosa perzinahan secara fisik, tapi termasuk perzinahan rohani: ada yang masih terikat pada tradisi, primbon-primbon, hari 'baik', percaya pada suhu, horoskop. Bukankah itu menunjukkan kehidupan di 'Mesir' dan menyembah kepada berhala atau roh-roh yang bukan dari Tuhan? Bukankah hal ini merupakan kenajisan di mata Tuhan?

Segeralah bertobat, sebelum terlambat!

BANGSA ISRAEL DAN SAUL: Suatu Peringatan

Baca: Mazmur 78:1-31

"dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah." Mazmur 78:8

Selama tahun-tahun yang dilalui di padang gurun, bangsa Israel selalu menunjukkan kedegilan dan pemberontakannya kepada Tuhan. Akibatnya mereka mati di sana. Karena itu pemazmur menuliskan hal ini sebagai pelajaran yang berharga agar kita bisa bercermin dari kegagalan bangsa Israel tersebut.

Bangsa Israel gagal karena enggan melakukan perintah Tuhan! Memang mereka berseru-seru kepada Tuhan saat terjepit, bahkan menanggapi perintahNya dengan ketaatan sampai segala sesuatunya baik dan dipulihkan. Namun berulangkali pula mereka memberontak. Tindakan mereka seperti suatu siklus, sampai-sampai Tuhan menyebut mereka "...suatu bangsa yang tengkuk." (Keluaran 32:9). Tegar tengkuk bisa diartikan: keras kepala, sulit ditangani atau diajak bekerja sama, suka memberontak, menolak untuk patuh dan tidak dapat diatur. Pemberontakan atau ketidaktaatanlah akar kegagalan mereka. Andaikan mereka selalu taat, betapa mulia mereka jadinya, sehingga tidak perlu mati di padang gurun karena tidak tunduk pada kehendak Tuhan.

Ketaatan atau ketidaktaatan sama-sama mendatangkan akibat. Ketaatan membuka pintu kesempatan bagi kita mengalami dan menikmati janji Tuhan. Sebaliknya, ketidaktaatan semakin menutup pintu berkat, tapi membuka gerbang kehancuran. Saul adalah contoh orang yang diberi kesempatan menadi raja Israel. Sayang Saul tidak mampu mempertahankan kedudukan dan kehormaatannya karena pemberontakan dan kedegilan hatinya. Berkatalah Samuel kepada Saul, "Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." (1 Samuel 15:22-23).

Hari ini, kita dihadapkan pada pilihan hidup: taat mendatangkan berkat atau ketidaktaatan yang membuat kita kehilangan berkat. Pilih yang mana?

MERENCANAKAN MASA DEPAN

"maka Yusuf mengumpulkan segala bahan makanan ketujuh tahun kelimpahan yang ada di tanah Mesir, lalu disimpannya di kota-kota; hasil daerah sekitar tiap-tiap kota disimpan di dalam kota itu." Kejadian 41:48

Setiap orang pasti memiliki ribuan angan atau rencana untuk masa depannya; pekerjaan mapan, keluarga bahagia, punya kendaraan dan rumah tinggal yang layak dan sebagainya. Tidak peduli apakah akan terwujud atau tidak, yang penting harus usaha terbebih dahulu dan merencanakan segala sesuatunya sebaik mungkin.

Apabila kita tidak mempunyai rencana, bagaimana kita akan tahu kapan kita berhasil? Tanpa ada sasaran atau target di kepala kita, bagaimana mungkin kita tahu bahwa kita sedang melangkah ke arah yang tepat atau benar? Selagi kita dianugerahi kesehatan yang baik dari Tuhan berarti kita juga memiliki kesempatan untuk berusaha dan bekerja. Jangan pernah bermalas-malas atau menyia-nyiakan waktu yang ada untuk hal-hal yang tidak berguna. Dikatakan: "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa." (Amsal 20:4). Maka kita harus hidup dengan persiapan dan perencanaan yang baik, agar kita tidak terpuruk dan siap terhadap kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Yusuf adalah contoh orang yang memiliki perencanaan yang baik dalam hidupnya. Ketika ia dipercaya menjadi penguasa di Mesir seperti dikatakan Firaun kepadanya, "Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu... Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir." (Kejadian 41:40-41), Yusuf mengerjakan tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan dengan hikmat yang luar biasa, karena Roh Tuhan menyertainya. Ia memerintahkan rakyat Mesir untuk mempersiapkan diri menyongsong kelaparan yang akan terjadi. Selama tahun-tahun kelimpahan ia mengumpulkan semua kelebihan dan menyimpannya untuk persediaan kelak. "Demikianlah Yusuf menimbun gandum seperti pasir di laut, sangat banyak, sehingga orang berhenti menghitungnya, karena memang tidak terhitung." (Kejadian 41:49).

Ketika kelaparan hebat terjadi tujuh tahun, di Mesir ada persediaan makanan melimpah.

BELAJAR SEPERTI ANAK KECIL

Baca: Matius 18:1-5

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." Matius 18:3

Suatu ketika murid-murid Yesus bertanya kepadaNya perihal siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Lalu Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkan di tengah-tengah mereka, serta berkata, "...sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (ayat 3,4). Jawaban Yesus ini benar-benar mengejutkan mereka! Mengapa Dia memberikan contoh anak kecil, bukan yang lain?
Karena ada sifat-sifat anak kecil yang dapat kita teladani, di antaranya:
1. Ia percaya penuh kepada bapanya.
2. Ia mudah dibentuk dan diajar (taat).

Seorang anak kecil tidak pernah kuatir terhadap apa pun karena ia tahu bapanya pasti akan menyediakan segala sesuatu yang ia butuhkan. Ia juga tidak pernah merasa takut karena ia yakin bapanya senantiasa menjaga dan memberinya perlindungan; ia percaya penuh kepada bapanya di segala situasi. Iman seperti anak kecil inilah yang seharusnya dimiliki setiap orang percaya. Namun sebaliknya, kita begitu mudah kuatir dan ketakutan ketika berada di situasi sulit. Kita lupa janji firmanNya: "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7).

Selanjutnya, seorang anak kecil selalu taat terhadap apa yang diperintahkan oleh bapanya; mudah diajar dan dibentuk tanpa pernah mendebat. Firman Tuhan pun bukan untuk diperdebatkan, tetapi untuk kita taati. Dalam hal ketaatan, Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan kepada kita. Dia berkata, "MakananKu ialah melakukan kehendak Dia (Bapa) yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya." (Yohanes 4:34) dan "...taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Jangankan taat, tertegur oleh firman Tuhan yang keras saja tidak sedikit dari kita yang langsung tersinggung dan ngambek. Kita sulit menerima teguran! Ayub menasihati, "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." (Ayub 5:17).

Milikilah iman seperti anak kecil dan jangan menolak didikan Tuhan!

TUHAN MENGASIHI ORANG BERDOSA

Baca: Yohanes 8:2-11

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Yohanes 8:7

Adalah lebih mudah berkomentar, menyalahkan serta melontarkan penghakiman kepada orang lain daripada melihat ke 'dalam' diri sendiri (menyadari kesalahan dan kekurangan), seperti tertulis "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Matius 7:3,5).

Seperti itulah kehidupan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang begitu mudahnya menghakimi orang lain yang berbuat kesalahan. Suatu ketika ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa ke hadapan Yesus seorang perempuan yang kedapatan berzinah dan berkata, "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dan hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian." (Yohanes 8:4, 5a). Andaikan waktu itu mereka menyerahkan perempuan pezinah itu kepada imam besar, raja atau hakim, ia pasti sudah dirajam dengan batu dan mati. Untunglah mereka membawanya kepada Yesus. Yesus memperhatikan perempuan itu dengan belas kasihan dan kasih yang luar biasa, dan Dia berkata, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Tak seorang pun berani melempari perempuan itu, lalu pergilah mereka seorang demi seorang meninggalkan Yesus.

Adakah di antara kita yang tidak berdosa atau suci? Tuhan datang "...untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10); Dia datang untuk orang-orang berdosa seperti perempuan itu. Berkatalah Yesus, " 'Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?' Jawabnya: 'Tidak ada, Tuhan.' Lalu kata Yesus: 'Akupun tidak menghukum engkau, Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang.' " (Yohanes 8:10-11). Tuhan mengasihi orang berdosa. Dia rela mati di atas kayu salib menebus dosa dan pelanggaran-pelanggaran kita.

Jangan sia-siakan anugerah keselamatan itu, hiduplah dalam pertobatan dan jangan menghakimi orang lain!

BERSYUKUR ADALAH LANGKAH AWAL MENGALAMI BERKAT

Baca: Mazmur 92:1-16

"Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan, dan untuk menyanyikan mazmur bagi namaMu, ya Yang Mahatinggi," Mazmur 92:2

Tentang mengucap syukur, secara umum orang Kristen dapat dibedakan menjadi 3 kelompok:
1. Orang Kristen yang bersungguh hati mengucap syukur kepada Tuhan.
2. Orang Kristen yang mengucap syukur, tapi tidak sungguh-sungguh.
3. Orang Kristen yang tidak tahu mengucap syukur.
Pertanyaannya: Kita termasuk yang mana?.
Tentunya kita masih ingat kisah 10 orang kusta yang minta disembuhkan Yesus (baca Lukas 17:11-19). Ketika mereka disembuhkan hanya ada 1 orang saja yang kembali datang bersujud, tersungkur di kaki Yesus dan mengucap syukur atas besarnya kasih, kebaikan dan kemurahan Tuhan kepadanya. Sementara yang sembilan lainnya berlalu begitu saja, tidak mengingat atau mungkin dengan sengaja tidak mengucap syukur kepada Tuhan.

Ucapan syukur adalah jalan terbuka menuju kuasa Tuhan atau kekuatan untuk mengaktifkan iman. Jadi, iman selalu bekerja sama dengan ucapan syukur. Tertulis, "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." (Kolose 2:7). Alangkah indahnya hidup ini jikalau hati kita selalu berlimpah ucapan syukur. Ketika kita mengucap syukur kepada Tuhan, kita sedang disadarkan tentang siapa Tuhan itu bagi kita. Bila hati dan pikiran kita hanya fokus pada persoalan akan membawa kita kepada keputusasaan dan kekecewaan. Sebaliknya bila kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan, iman dan pengharapan kita kepada Tuhan semakin bertumbuh. Semakin banyak bersyukur, semakin subur pula iman kita, semakin besar pula pengharapan kita untuk mengalami dan menikmati berkat Tuhan.

Memang tidak mudah untuk mengucap syukur di segala keadaan. Tatkala segala sesuatu berjalan dengan baik, sehat, bisnis lancar, jabatan nyaman dan sebagainya, kita dapat mengucap syukur dengan limpahnya. Namun tatkala kita menghadapi situasi yang buruk, penderitaan, sakit penyakit, dapatkah kita tetap mengucap syukur?

Alkitab mengingatkan, "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18).

KETAKUTAN: Penghalang Berkat

Baca: 2 Timotius 1:3-18

"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." 2 Timotius 1:7

Ketakutan bukan berasal dari Tuhan karena Dia memberi kita roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Dia tidak ingin kita hidup dalam ketakutan, itulah sebabnya Dia memberikan Roh Kudus supaya kita mampu melawan tipu muslihat Iblis dan beroleh kemenangan, "...sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4b).

Tuhan memberikan kita kuasa mengalahkan ketakutan yang menyerang kita. Ketakutan menyebabkan kita melangkah ke arah yang salah yaitu lari dari masalah. Dari manakah ketakutan timbul? Ketakutan datang dari informasi-informasi negatif yang kita terima dari berbagai sumber: surat kabar, berita di media, gosip tetangga atau vonis dokter. Semua yang negatif itu diolah Iblis, lalu ditembakkan melalui telinga sampai menembus hati dan pikiran kita. Itulah Iblis! Ia sangat suka menganggu pikiran kita, sebab bila sudah berhasil masuk ke pikiran, dengan mudah ia mengendalikan hidup kita.

Ketakutan adalah musuh iman yang mematikan dan sejata Iblis yang paling ampuh untuk menghancurkan orang percaya. Dalam Yakobus 1:7 dikatakan, "...tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis maka ia akan lari dari padamu!" Kita harus melawan ketakutan yang coba menyerang dan merampas berkat yang sudah disediakan Tuhan bagi kita. Usir rasa takut itu dengan nama Tuhan Yesus Kristus! Memang, selama masih hidup dalam darah dan daging kita takkan luput dari pencobaan dan masalah. Karena itu kita harus belajar bediri teguh di atas firman Tuhan dan percaya penuh pada janjiNya. Iblis si pencuri itu datang "...hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a). Untuk membinasakan manusia, Iblis mempengaruhi pikiran dengan hal-hal negatif. Namun bukankah Iblis telah dikalahkan Tuhan melalui kematian dan kebangkitanNya? Jadi tidak seharusnya kita kalah.

"Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan." Yesaya 41:10

TUHAN PASTI MENCUKUPKAN

Baca: 1 Raja-Raja 3:1-15

"Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja." 1 Raja-Raja 3:13

Ada berbagai macam tujuan atau motivasi orang mengikut Kristus. Kita mengiring Kristus karena telah diselamatkan dan dilepaskan dari segala kutuk dosa, serta beroleh jaminan kehidupan kekal di Kerajaan Sorga. Tetapi ada sebagian orang mengikut Kristus karena motivasi yang salah yaitu ingin kaya atau hidup berkelimpahan secara lahiriah.

Apa pun motivasi kita tak ada yang tidak diketahuiNya: "...sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang." (Yohanes 6:26). Roti berbicara tentang materi (berkat jasmani). Ketika seseorang hanya menginginkan berkat, pasti doa pemohonannya searah dengan keinginan hatinya. Tuhan tak pernah mengajar kita demikian; Dia mengajar kita tidak kuatir tentang apa yang hendak kita makan dan pakai, sebab "Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu." (Matius 6:32).

Jika kita mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya dengan sungguh-sungguh, Tuhan akan menambahkan segala keperluan kita (baca Matius 6:33). Sebaliknya, orang yang mencari kekayaan dengan cepat dan bernafsu akan mendapatkan berbagai kesulitan: "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan." (1 Timotius 6:9). Masih terdengar orang Kristen pergi ke gunung Kawi mencari kekayaan. Tragis sekali! Salomo tak pernah berdoa meminta kekayaan kepada Tuhan, hanya meminta hikmat, tetapi Tuhan memberikan lebih dari itu; semua yang tak diminta Salomo disediakanNya termasuk harta kekayaan melimpah. Asal kita setia dan melayaniNya dengan sungguh, hidup kita pasti diperhatikanNya!

"Tetapi kamu harus beribadah kepada Tuhan, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu." (Keluaran 23:25)

ORANG KRISTEN: Manusia Baru

Baca: Efesus 4:17-24
"Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia." Efesus 4:17b

Berapa lama saudara menjadi Kristen? Ada yang menjawab, "Sudah bertahun-tahun, bahkan sejak lahir aku sudah Kristen." Namun tidaklah cukup sekedar menjadi Kristen atau membanggakan diri hanya karena kita berlabel Kristen jika tidak disertai perubahan hidup yang benar-benar nyata.

Yang dikehendaki Tuhan adalah orang Kristen yang telah meninggalkan kehidupan lamanya dan menjadi manusia baru. Yang dimaksud adalah manusia yang telah mengalami pembaharuan dalam hidupnya melalui proses pertobatan, yaitu percaya kepada Tuhan Yesus Kristus: "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Sebagai manusia baru sudah seharusnya kita tidak lagi mengenakan tabiat manusia lama kita, tetapi mengenakan tabiat Kristus dan hidup menurut pimpinan Roh Kudus. Namun banyak orang Kristen masih bertabiat manusia lama. Buktinya adalah seperti gambaran Alkitab: ada percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (baca Galatia 5:19-21).

Untuk bertumbuh menjadi manusia baru, langkah yang harus kita lakukan adalah membuang cara hidup manusia lama itu menjadi serupa dengan Kristus dan hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Jelas bahwa dosa adalah faktor penghalang utama persekutuan kita dengan Tuhan. Maka dari itu jangan pernah menyimpan dosa-dosa masa lalu yang terus menghantui dan menghambat pertumbuhan rohani; akuilah supaya darah Kristus bekerja menyucikan dosa-dosa kita, sebab "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Sediakan banyak waktu untuk belajar firman dan bersekutu dengan Tuhan sehingga kita semakin mengenal pribadiNya lebih mendalam dan bisa meneladani hidupnya; ini juga berarti kita mau dipimpin oleh Roh Kudus dan tidak lagi menuruti keinginan sendiri.

Jika kita tetap mengenakan 'manusia lama', sia-sialah kekristenan kita.

Selamat Datang,

Blog ini ada untuk membagikan Berkat berupa Renungan-Renungan Singkat yang dapat menguatkan kita semua.

Semoga Blog ini dapat menjadi berkat bagi kita semua.

Tuhan Yesus Memberkati.

Warm Regards,

de Sandoz

Renungan-Renungan yang ada berkat yang saya dapatkan juga dari beberapa Blog reference yang memberkati saya yaitu:
http://airhidupblog.blogspot.com/
http://www.renunganharian.net/

Semangat terus memberkati, sehingga Firman Tuhan dapat disampaikan keseluruh bumi ^.^